//]]>

Harianto Albar: Dari Gelap Ampiri Menuju Terang Nusantara

Bayangkan malam tanpa cahaya. Tak ada lampu yang menyala, hanya suara jangkrik bersahutan dan gelap yang menelan pandangan. Kira-kira menurutmu, bagaimana rasanya jika saat ini hidup tanpa listrik, tanpa penerangan, tanpa akses informasi, bahkan tanpa sekadar menyalakan lampu belajar bagi anak-anak?

Harianto Albar: Dari Gelap Ampiri Menuju Terang Nusantara
sumber foto: https://ak77news.com/

Itulah kenyataan yang pernah dialami warga Dusun Ampiri, Desa Bacu-Bacu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Namun tanpa diduga dari gelap itulah lahir sosok bernama Harianto Albar, pencetus teknologi sederhana yang menyalakan harapan bagi desanya.

Dari Kegelapan Menuju Terang

Dusun Ampiri terletak di lereng bukit Coppo Tile, sekitar empat jam perjalanan dari Makassar. Jalan menuju ke sana menanjak, berliku, dan sebagian besar belum beraspal. Akses listrik? Nyaris tak ada. Warga hanya mengandalkan lampu minyak untuk penerangan malam hari. nah, ketika Harianto kembali ke kampung halamannya tepatnya pada tahun 2008, ia mendapati desa yang masih hidup dalam gelap, tanpa kulkas, tanpa televisi, dan tanpa sumber listrik yang stabil. Kondisi itu membekas kuat dalam hatinya.

Sebagai mahasiswa jurusan Kimia di Universitas Negeri Makassar, Harianto merasa jiwanya terpanggil untuk bertindak. “Kalau bukan saya, siapa lagi?” ujarnya dalam sebuah wawancara. Harapan warga pun mulai bertumpu padanya. Mereka percaya seorang anak muda berpendidikan pasti bisa membawa perubahan nyata.

Gagasan Mikrohidro, dari Aliran Air Menjadi Cahaya

Dari keprihatinan itulah, muncul gagasan sederhana namun luar biasa yaitu membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Ide ini muncul setelah Harianto menyadari bahwa sungai yang mengalir di desanya memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi. Oleh karena itu, bersama beberapa rekan yang ahli di bidang listrik dan warga kampung, ia kemudian merancang sistem kecil yang bisa menghasilkan listrik dari air.

Bermodalkan hasil patungan dan bantuan teman, turbin sederhana pun dibuat dengan bahan seadanya, namun siapa mengira hasilnya sungguh mengejutkan. Sekitar 1.000 watt listrik sukses dihasilkan, cukup untuk menyalakan puluhan lampu di rumah warga. Untuk pertama kalinya, malam di Dusun Ampiri tak lagi gelap gulita. Anak-anak bisa belajar di malam hari, dan warga dapat beraktivitas tanpa takut tersandung gelap.

Meskipun awalnya banyak warga yang ragu, bahkan sebagian bertanya, “listrik dari air? mana mungkin”. Keraguan tersebut berubah menjadi optimis dan keyakinan yang berlipat ganda ketika akhirnya lampu pertama menyala.

Terang yang Menyebar ke Banyak Desa

Seiring waktu, sistem mikrohidro buatan Harianto pun berkembang. Kapasitasnya meningkat, hingga mampu menerangi rumah warga, sekolah, dan masjid. Kehadiran listrik membawa perubahan besar di mana anak-anak bisa belajar lebih lama, ibu-ibu bisa berjualan hingga malam, dan desa menjadi lebih hidup. Bahkan beberapa warga mulai menggunakan kulkas dan alat elektronik sederhana lainnya.

Kontribusi Harianto tidak berhenti di desanya sendiri. Melalui lembaga yang ia dirikan yaitu Lembaga Pembinaan Desa Mandiri (LPDM), ia mulai mendampingi pembangunan mikrohidro di desa-desa terpencil lainnya di Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Hingga kini, puluhan desa telah merasakan manfaat dari inovasi sederhana yang lahir dari hati tulus seorang pemuda kampung.

Penghargaan dan Julukan “Mantri Listrik dari Desa Bacu-Bacu”

Atas dedikasinya tersebut, Harianto Albar menerima SATU Indonesia Awards tahun 2012 di bidang teknologi. Ia mendapat julukan sebagai “Mantri Listrik dari Desa Bacu-Bacu” karena bukan hanya menciptakan sumber listrik, tetapi juga mengajarkan masyarakat untuk mengelolanya secara mandiri. Bukan sekadar teknisi, tetapi  ia juga pendamping, guru, sekaligus sahabat bagi warga.

Bagi Harianto sendiri, teknologi bukanlah hal yang rumit. “Yang penting bisa menjawab kebutuhan masyarakat,” ujarnya. Prinsip ini membuatnya fokus pada inovasi yang sederhana, mudah dirawat, dan bisa dikelola warga tanpa bergantung pada bantuan luar.

Inspirasi dari Sosok Harianto

Haryanto Albar menjadi sosok yang menginspirasi. Apa yang telah ia lakukan untuk desa tercintanya membuktikan bahwa potensi lokal bisa menjadi solusi global. Sumber daya seperti aliran sungai, yang selama ini dianggap biasa, dapat menjadi pembangkit energi jika diolah dengan pengetahuan dan niat baik. Ia juga menunjukkan pentingnya partisipasi masyarakat karena keberhasilan teknologi bergantung pada kebersamaan dan rasa memiliki warga terhadap proyek tersebut.

Bukan hanya itu, menurutnya inovasi tidak harus canggih atau mahal. Mikrohidro yang ia buat bukanlah sistem besar berteknologi tinggi, melainkan perangkat sederhana yang efektif dan relevan bagi desa terpencil. Harianto benar-benar merupakan sosok yang tak hanya membangun sistem. Dirinya juga turut mendidik masyarakat agar mampu merawat dan memperbaikinya sendiri.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski banyak desa telah menikmati terang dari karya Harianto, perjalanan tidak selalu mulus. Ada masa ketika PLTMH di Ampiri berhenti beroperasi karena warga mulai beralih ke listrik PLN. Namun bagi Harianto, itu bukanlah sebuah kegagalan. Ia melihatnya sebagai bagian dari proses belajar di mana teknologi hanya bisa bertahan jika masyarakat tetap berkomitmen menjaga dan mengelolanya.

Di masa depan, tantangan yang akan dihadapi bukan hanya teknis, tetapi juga sosial. Bagaimana menumbuhkan kesadaran bahwa energi terbarukan perlu dikelola bersama agar tetap berkelanjutan? Bagaimana membuat generasi muda tertarik pada teknologi sederhana yang bermanfaat bagi masyarakat? Harianto percaya, solusi selalu ada jika niatnya tulus. “Kita bisa mulai dari apa yang kita punya,” katanya.

Cahaya dari Ampiri untuk Negeri

Saat ini, nama Harianto Albar tak lagi asing di dunia energi terbarukan. Ia telah menjadi simbol perubahan, bahwa dari desa kecil di Sulawesi Selatan, cahaya bisa menjalar ke penjuru negeri. Terang yang ia nyalakan bukan sekadar listrik, tetapi juga terang pengetahuan, kemandirian, dan tentunya harapan.

Dari kisah Haryanto ini kita belajar bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Seperti halnya dari tangan seorang pemuda yang tak ingin desanya tenggelam dalam gelap dan kini melahirkan generasi baru yang percaya bahwa satu ide sederhana, bila dijalankan dengan hati bisa menerangi banyak kehidupan. Harianto Albar bukan hanya pencetus teknologi. Ia adalah pelita bagi negeri. Ini menjadi bukti bahwa dari desa terpencil pun, terang masa depan bisa bersinar.

0 Komentar